The Way Of Life: Street Fighter
Google

Wednesday, June 04, 2008

Street Fighter

Jika di ruang kuliah kita belajar teori, di dunia nyata kita belajar mengaplikasikan teori. Yang jelas jangan terlalu teoritis, yang akhirnya hanya bisa berteori tapi prakteknya amburadul. Jika anda kuliah di bidang ilmu komputer atau jurusan teknik informatika. Tentu akan membuat tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan anda, biasanya tugas akhir ini bisa bermacam – macam. Dan mungkin dibuat secanggih mungkin dan se-idealis mungkin sehingga dosen penguji terkesan dan mendapatkan nilai yang bagus. Akan tetapi lain halnya di dunia kerja, aplikasi atau program komputer tersebut jarang sekali (bisa) digunakan. Yang sering dipakai biasanya program database sistem, akuntasi, dan lain – lain. Dan program yang “bisa dijual” yang bisa bertahan. Sebagai contoh mahasiswa yang baru saja lulus kuliah, ditawari untuk membuat sebuah aplikasi SIMRS untuk sebuah klinik kecil. Akhirnya dia menyanggupinya. Dimulailah dengan membuat modul Front Office, setelah men-survey sistem, akhirnya 1 bulan dipasanglah modul Front Office tersebut. Hasilnya form entrian untuk pasien masuk terlalu banyak , sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi lama, dan antrian pun menjadi panjang. Akhirnya modul Front Office harus dirombak lagi setelah 3 bulan (tentu saja dengan “babak belur”) baru bisa digunakan dengan sempurna. Setelah selesai modul Front Office, akhirnya dibuatlah modul Back Office, hasilnya…laporan keuangan tidak dapat ditarik dari modul Front Office karena desain database yang kurang sempurna dan desain entrian form Front Office banyak yang kurang. Akhirnya Modul Front Office harus dirombak total lagi. Nah dari cerita di atas mahasiswa tersebut harus menghadapi real case pada sebuah klinik kecil yang mengharuskan dia menjadi street fighter. Mengenal “dunia nyata” yang keras, yang tidak bisa dilalui dengan hanya mengandalkan teori tetapi harus dengan naluri seorang street fighter atau “petarung jalanan”. Dan cerita di atas juga bukan real case, real case-nya adalah 1 orang tidaklah cukup untuk membangun sebuah SIMRS meskipun itu untuk klinik kecil. Dan jikalau bisa pun akan memakan waktu yang sangat lama, dan tentu dengan tambal sulam sistem karena pengalaman yang belum ada. Dan dalam rentang waktu development yang lama tersebut, sudah terjadi perubahan kebijakan pada klinik dan faktor – faktor external lainnya, yang menjadikan sistem harus berubah lagi. Akhirnya sampai mati, kemudian hidup, mati, hidup lagi aplikasi tersebut tidak akan kunjung selesai jika hanya dikerjakan oleh satu orang. Jadi tidak akan ada Superman disini.

Related Links :

Best Coder

Koboi

Beda kelas

Sederhana

Profesor vs Praktisi

Kecerdasan Tempo Doeloe

Labels: , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home