Tidak Puas
Almarhum John Britten, bisa jadi nama yang asing bagi anda. Dia adalah salah satu legenda di dunia otomotif khususnya roda dua. Dia membuat motor balapnya sendiri dari nol, mendesain dari gambar, membuat fairing, membuat blok mesin, semuanya kecuali ban dan piston serta gearbox Dan uniknya lagi motor yang dia buat mendobrak desain yang sudah sangat lama dipakai oleh pabrik motor untuk membuat motor. Dia membuat desain berbeda dan bahan bahan berbeda, bahan yang dia pakai adalah serat karbon pada motornya sehingga lebih ringan. Yang pada saat itu serat karbon belum pernah diaplikasikan secara total pada pembuatan motor. Dan satu lagi konsep motornya adalah frameless artinya tanpa rangka, semua komponen semuanya menempel ke mesin, bukan rangka, sehingga menjadikan motornya lebih ringan dari motor balap lainnya. Dia dibantu rekan - rekannya akhirnya berhasil membuat motor Britten V-1000 yang pada pertama ikut lomba superbike di Daytona berhasil menjadi runner up. Sangat hebat sekali, membuat motor dari garasinya, ikut pertama kali balapan superbike dan berhasil menjadi juara 2, bersaingan dengan banyak team pabrikan dengan motor hasil riset yang mahal tentunya. Dan ketika lomba di Daytona, motor Britten berhasil melakukkan aksi mengangkat roda depan di sebelah Ducati, artinya power motor Britten jauh di atas Ducati. John Britten adalah salah satu jenius dalam dunia otomotif yang pernah ada di muka bumi ini. Karena ketidakpuasan pada desain motor yang selama ini dibuat dia akhirnya membuat motor sendiri dan berhasil. Motor Balap Britten di bumi ini hanya ada sekitar 10 biji dan itupun nongkrong di museum atau di garasi kolektor motor kelas wahid.
Pada tulisan saya sebelumnya dengan judul Database apa yang dipakai Google? Bahwa Google membuat database engine sendiri yaitu BigTable, karena Google merasa produk database server yang ada dipasar sekarang tidak mampu lagi menghandle bisnis Google. Dan kalaupun ada Google akan membayar sangat mahal untuk membeli aplikasi tersebut. Akhirnya Google membuat database engine sendiri yaitu BigTable. Dan juga Google dapat dengan bebas mengimplementasikan konsep database yang diinginkan kepada programmer-nya. Kesamaan dengan John Britten adalah rasa tidak puas dengan produk yang sekarang ada di pasaran. Sama - sama punya ide jenius tentang konsep produk yang akan dibuat. Bedanya Britten membuat dengan budget yang kecil, sedangkan Google mempunyai uang untuk meng-hire programmer - programmer terhebat untuk membuat BigTable. Jika Google tidak punya uang banyak BigTable tidak akan muncul, kalaupun muncul akan sangat lambat, sehinga kalah bersaing dengan rivalnya.
Jadi pelajaran dari John Britten, dengan produk 'dalam negeri' kita jangan kalah dengan aplikasi buatan pabrikan atau luar negeri. Kita mempunyai banyak SDM dengan otak terbaik di dunia, kalau tidak terbaik kita tentu jarang menang lomba olimpiade fisika atau matematika. Juga aplikasi SIMRS lokal belum tentu kalah dengan SIMRS luar negeri. Jika anda tidak puas, anda harus memilih jalan yang akan anda tempuh.
Ada juga pemodifikator vespa sejati dari Purwokerto, bukti bahwa mekanik indonesia tidak kalah kreatif dari John Britten. klik disini Vespa 4 tak dan Vespa 4 tak V series.
ITB Terbaik dalam Lomba Perancangan Prosesor di Jepang
Bandung - Tim Ganesha ANT berhasil meraih penghargaan tertinggi (Juara I) dari Japan Society of Information and Communication, IEICE, pada lomba perancangan chip The 12th LSI Design Contest 2009 (www.lsi-contest.com).
Ganesha ANT, beranggotakan mahasiswa STEI ITB: Tyson, Aisar L. Romas, dan R. Siti Intan, berhasil menyisihkan finalis lainnya dari beberapa universitas ternama di Jepang, Korea, dan Taiwan. Pada lomba yang sama, satu tim lagi, yaitu Tim Zoiros, mendapat penghargaan dari perusahaan multinasional, Xilinx Award (Juara III).
Tim Ganesha ANT mengajukan rancangan prosesor baru yang dapat mengeksekusi proses secara paralel. Prosesor tersebut memiliki keunggulan dalam kecepatan proses dibanding prosesor yang umum dipakai sekarang. Hasil rancangan tim tersebut berupa prototipe komputer kecil yang dapat menjalankan "Game Hangman".
Para juri sangat terkesan dengan inovasi baru dalam prosesor tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan harapan yang disampaikan juri agar prosesor tersebut dapat diterapkan di Industri IT. Prosesor hasil rancangan pada lomba tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja perangkat elektronika seperti komputer, PDA, smart phone dan lain sebagainya secara signifikan. Teknologi prosesor sendiri saat ini biasanya dikuasai oleh industri-industri hi-tech seperti Intel, Sun Microsystems, dan IBM.
Tim Zoiros yang membuat rancangan prosesor dengan kecepatan mencapai 1 GHz berhasil menunjukkan keunggulan rancangan mereka dari peserta lainnya. Prototipe komputer Tim Zoiros yang beranggotakan mahasiswa STEI ITB: Randy Hari Widialaksono, Ahmad Fajar Firdaus, dan Iman Prayudi juga dapat memperagakan kemampuan prosesor dalam menjalankan "Video Game Sokoban".
Satu hal yang juga perlu dibanggakan dari hasil ini adalah bahwa Tim Ganesha ANT dan Tim Zoiros yang semua anggotanya merupakan mahasiswa program sarjana (S1) STEI ITB berhasil mengalahkan sebagian besar tim mahasiswa magister (S2) dari universitas terbaik di Jepang. Salah satu di antaranya yaitu tim beranggotakan mahasiswa program magister dari Tokyo Institute of Technology yang mendapat penghargaan LSI of The Year for Student (Juara II).
Prestasi ITB tahun ini juga merupakan pengulangan prestasi tahun sebelumnya yang diraih oleh Tim Garuda Parahyangan (Juara I) dan Tim Crew (Juara II) tahun 2008 lalu.
Kesuksesan Tim Ganesha ANT dan Tim Zoiros di ajang kompetisi LSI Design ini tidak terlepas dari dukungan fasilitas dan rekan-rekan di Laboratorium IC Design Microelectronic Centre, Insitut Teknologi Bandung. Sebagian besar fasilitas perancangan seperti workstation dan board prototype telah tersedia dan siap digunakan. Fasilitas Laboratorium IC Design ini mungkin merupakan fasilitas IC design yang paling modern yang ada di Indonesia. Kedua tim dipersiapkan selama 6 bulan melalui kuliah perancangan chip di Kelompok Keahlian Elektronika STEI ITB oleh Dr. Trio Adiono yang juga merupakan Kepala Laboratorium IC Design ITB.
Lomba ini merupakan lomba tahunan bertaraf internasional yang diadakan di kota resort paling terkenal di Jepang, yaitu Okinawa. Kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan minat para mahasiswa tingkat sarjana maupun magister dalam dunia perancangan IC sekaligus mendorong pengembangan Okinawa sebagai bagian dari Silicon Belt (Tokyo-Osaka-Kyushu-Taiwan-Korea-Cina-India).
Para juri pada lomba ini berasal dari akademisi dan perusahaan-perusahaan terkenal di dunia elektronika internasional.
Dukungan finansial dari universitas maupun industri juga patut diperhitungkan sebagai faktor pendukung kesusksesan Tim Ganesha ANT dan Tim Zoiros. Kesediaan Cisco System Indonesia, Alumni Elektro ITB '75 dan '73, ITB, Ikatan Alumni ITB, dan PT. Tricada Intronik untuk menyokong dana keberangkatan memberi angin segar bagi kedua tim untuk berangkat ke Okinawa.
Akhir kata, prestasi ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kompetensi yang tidak kalah dengan negara industri lainnya, khususnya dalam industri microchip dan IT. Hal ini juga sekaligus menunjukan kesiapan ITB sebagai institusi pendidikan bertaraf internasional.
Tyson
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung, Indonesia(gst/gst)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home